Jumat, 23 Desember 2011

Belajar dari El Barca


“ Bawa saya ke Barca, Guardiola…!!! Barcelona telah mengajari kami cara bermain sepakbola…”
Penggalan sepotong kalimat di atas terlontar dari mulut seorang Neymar, penyerang muda klub Santos Brazil yang begitu di cinta di negeri samba. Pemain yang di gadang-gadang bakal menggeser Lionel Messi sebagai pemain terbaik sejagat raya. Kalimat di atas di lontarkan nya beberapa saat setelah klubnya di gilas 4-0 oleh Barcelona di Final Piala Dunia Antar Club di Jepang beberapa waktu lalu. Kalimat yang secara implisit mengisyaratkan betapa superior nya Barcelona sebagai sebuah klub sepakbola.  Neymar bukan tanpa alasan berujar demikian, ia menyadari bahwa teramat sulit menaklukkan Barcelona terlebih klub yang di belanya berasal dari Amerika Latin yang secara kualitas jelas berbeda dengan klub-klub Eropa yang nyatanya juga begitu sulit mengalahkan Barcelona dalam ajang apapun. Bila seorang pemain yang memiliki talenta hebat seperti dirinya bisa berujar seperti itu, pasti ia punya alasan kuat yang bukan hanya sekedar statistik di atas kertas.

Sebelum partai final itu tergelar media-media sepakbola dunia ramai-ramai membuat headline bertajuk Messi vs Neymar. Bahkan ada di antara nya yang menyebut pertarungan kedua pemain tersebut adalah menapaktilasi perseteruan imajiner antara Maradona vs Pele. Neymar memang tampil begitu sensasional di kompetisi yang di jalani Santos. Dimana pun Santos bermain entah itu kandang ataupun tandang, stadion selalu di penuhi penonton. Dan salah satu tujuan nya adalah melihat bagaimana Neymar bermain. Penonton menantikan dan ingin melihat sajian atraksi apalagi yang akan di tampilkan Neymar. Ia seolah menjadi aktor tunggal di klubnya Santos, meski di klub itupun masih terdapat nama-nama lain yang juga bermain baik seperti Ganso atau bahkan Elano yang jelas-jelas dari segi pengalaman jauh lebih kaya dari Neymar. Tapi itulah efek dari kemunculan Neymar. Publik Brazil benar-benar tersihir akan kemunculan nya. Bahkan Presiden klub Santos pernah memecat pelatihnya karena sang pelatih memarahi Neymar setelah ia gagal mengeksekusi penalti yang di tendang nya dengan tehnik menchip bola. Dan Messi yang menjadi lawan Neymar di partai final itu adalah pemain terbaik di dunia versi FIFA. Terlalu banyak prestasi nya bila di uraikan satu persatu. Yang jelas Messi adalah mesin gol utama di klubnya Barcelona. Sudah banyak gol-gol magis yang tercipta dari kakinya. Johan Cruyff suatu ketika pernah berkata,  “ Di butuhkan 3 Cristiano Ronaldo untuk mensejajarkan nya dengan Lionel Messi.” Kecuali Piala Dunia untuk Argentina, Messi telah meraih semua gelar pribadi maupun bersama Barcelona yang sudah di perkuat nya sejak berusia 12 tahun.

Dan tak seperti ekspektasi publik akan hadirnya pertarungan sengit antara Santos vs Barcelona maupun Neymar vs Messi , pertarungan malah berjalan mudah bagi Barcelona. Statistik penguasaan bola yang mencapai 75% untuk Barcelona jelas menggambarkan betapa salahnya penikmat bola berharap Barca akan di taklukan oleh juara Libertadores itu. Messi dan kawan-kawan sukses membunuh Santos dengan permainan ciri khas mereka yaitu tiki-taka. 11 pemain Santos di lapangan termasuk Neymar solah bingung harus berbuat apa. Mereka hanya bisa menonton bagaimana para personel Azulgrana dengan enaknya mengalirkan si kulit bundar ke segala penjuru yang mereka inginkan. Dan skor 3-0 di akhir babak pertama jelas terlalu mencolok untuk sebuah partai final yang mempertemukan para juara di benuanya tersebut.

“ Tim anda butuh setidaknya 22 pemain di atas lapangan agar dapat meladeni Barcelona bermain. Dan itupun belum menjamin anda akan mampu keluar sebagai pemenang.” Kalimat tersebut di lontarkan pangeran AS Roma Francesco Totti mengomentari bagaimana cara Barcelona bermain dan menguasai Eropa bahkan dunia. Di partai final itu Messi mencetak gol dengan cara yang amat sulit mampu di lakukan pemain lain di dunia. Dalam posisi satu lawan satu dengan kiper Santos, Messi tidak mengarahkan bola ke sudut atau celah yang kosong. Ia malah menchip pelan bola melewati kepala kiper yang sudah berusaha menutup ruang tembaknya. Jenius. Dalam hitungan sepersekian detik yang di milikinya Messi mampu mengambil keputusan yang tepat dan berbuah gol cantik. Dan bukan kali itu saja Messi melakukan nya. Manuel Almunia kiper Arsenal adalah korban terdahulunya atas skill luar biasa Messi tersebut. Gol kedua Messi pun tak kalah cantik dengan gol pertama nya. Bila di gol pertama ia membuat bola melewati kepala kiper,maka di gol kedua Messi dan bola sukses melewati kiper sebelum akhirnya menceploskan bola ke gawang yang sudah kosong. Bagaimana dengan Neymar…??? Jangankan mencetak gol, untuk sekedar bermain baik agar timnya Santos memberikan perlawanan bagi Barcelona saja ia terlihat begitu sulit. Sepanjang 90 menit laga berjalan, Neymar hanya mampu menghasilkan dua peluang tanpa berbuah gol. Ketakutan lini belakang Barca akan kehadiran Neymar nyatanya tidak terbukti. Neymar seolah tenggelam dalam derasnya dominasi tiki-taka Barca.

Maka saya pun jadi menyadari makna dari ucapan Neymar di awal tulisan saya ini. Neymar menyadari bahwa lawan nya kali ini bukan hanya Messi seperti yang tertulis di media. Mata Neymar seolah terbuka lebar melihat bagaimana sepakbola di mainkan oleh para punggawa Azulgrana. Jika sebelumnya hanya dengan bagusnya perrmainan Neymar Santos bisa menang dalam suatu pertandingan, kali ini hal itu tidak berlaku. Neymar dengan Santosnya jelas tidak memiliki gelandang pengumpan akurat semacam Xavi atau pemain yang rajin bergerak dengan atau tanpa bola macam Iniesta, Dani Alves atau Cesc Fabregas. Hari itu di Jepang, Neymar yang saya ibaratkan sebagai seekor ikan kecil merasakan bagaimana berenang di sebuah samudera yang luas. Neymar jelas terlihat jumawa jika ia bermain di kolam atau akuarium yang kecil yang saya artikan liga Brazil atau kompetisi Libertadores. Dan Neymar jelas harus lebih banyak berlatih keras jika ingin berenang secara konstan di samudera besar yang dalam hal ini kompetisi sepakbola di Eropa. Hingga jika nanti kesempatan itu tiba, Neymar tak lagi seperti se ekor ikan kecil di luasnya samudera kompetisi Eropa dan dunia. Saya pribadi pun berharap Neymar bisa bangkit untuk kemudian berlatih lebih giat agar nanti ia mampu beradaptasi dengan kerasnya kehidupan samudera sepakbola di Eropa. Siapa tahu saja suatu hari nanti Neymar yang telah belajar mampu menjadi ikan besar di samudera sepakbola Eropa dan dunia hingga mampu mengkaramkan kapal kekuatan milik armada Barcelona. Karena seperti kata pepatah “ tak ada yang abadi”, hal itupun berlaku di sepakbola yang berarti ke superioritasan Barcelona bisa di runtuhkan. Atau setidaknya bisa di hentikan agar tak menimbulkan kebosanan bagi para penggemar sepakbola. Dan saya berharap Neymar lah yang akan mampu melakukan nya entah dengan klub Eropa manapun yang nanti ia bela.
Semoga….






                                                                                                                                                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar