Senin, 25 Juni 2012

Pemenang si Layang-Layang

Tulisan fiksi ini berdasarkan cerita dalam buku berjudul Madre karya Dewi "Dee" Lestari. Cerita yang di dalam buku itu di beri judul "Menunggu Layang-Layang". Tulisan di bawah ini bisa sebut sebagai next chapter dari kisah Christian dan Starla yang akhirnya bersama...




Sebuah undangan berbentuk segitiga yang lebih menyerupai atap sebuah bangunan klasik, seolah menjadi penyambut pertama kepulangan nya lagi ke Jakarta setelah 2 tahun yang lalu memutuskan kembali ke Inggris dan melewatkan ketupat Lebaran di Jakarta. Kali ini, tak seperti tahun lalu, Rako telah merasa cukup kuat untuk mendarat di Soekarno Hattta. Tahun lalu ia pun sebenarnya kuat, tapi ia enggan merasakan rasa sakit yang masih tertinggal setelah kepulangan nya yang terakhir 2 tahun yang lalu. Rasa sakit atau lebih tepatnya kekecewaan besar terhadap sesosok mahkluk hidup yang di ciptakan Tuhan setelah Adam. Rako terluka teramat dalam dan itu karena seorang wanita bernama Starla. Wanita yang ia kenal melalui sahabat kecilnya. Christian.

Dan kini sepucuk undangan berwarna cokelat muda yang berada di genggaman nya,jelas bukanlah dari pasangan yang sembarangan. Sebelum ini tak pernah Rako menerima undangan berbentuk fisik dari semua teman atau kerabatnya di Indonesia. Lokasi hidup Rako yang berada di Inggris membuat semua undangan sebelumnya entah dari siapa hanya berbentuk email, invite facebook atau sekedar undangan lisan via telepon. Dan kini, pasangan siap menikah yang mengundang Rako seolah tahu kapan Rako akan balik ke Jakarta. Dari huruf inisial di muka undangan yang di tuliskan dengan hiasan sayap burung merpati, Rako jelas tahu ini undangan dari siapa. Model dan tema undangan yang bernuansa artistik ini pun sudah menggambarkan seperti apa dua orang yang ingin Rako hadir di acara yang menurut budaya timur begitu sakral hingga perlu mengundang ratusan bahkan ribuan kerabat.  Tanpa Rako ketahui hanya sedikit orang di tempat lain nya yang menerima undangan seperti dirinya. Christian dan Starla pasangan yang namanya tertera di halaman kedua undangan itu hanya mengundang segelintir teman dan itu jumlah nya tak mencapai ribuan, meski jika di lihat dari profesi keduanya jelas pasti memiliki setumpuk kartu nama relasi dan rekan bisnis yang bisa saja mereka undang. Dan hanya Rako pria yang notabene nya pernah dekat dengan Starla yang di undang. Kontraktor, gitaris band dan produser rekaman serta pria lain yang punya profesi beragam tak ada satupun yang di undang.  Selain karena mungkin Starla tak lagi mengetahui keberadaan nya, pasti juga Starla takut pesta pernikahan nya berubah menjadi arena balas dendam dari para pria yang mungkin harus di labeli sebagai barisan pria korban Starla.

Kalau mau jujur, Rako pun salah satu anggota dari barisan pria korban Starla dan Rako pun sakit hati. Ia bahkan bisa di bilang terluka begitu dalam hingga enggan liburan di Indonesia setahun setelah tersakiti oleh Starla. Harapan Rako yang kala itu ingin mengikat Starla dalam balutan bernama komitmen, harus terbentur pada ketidak adanya niat serius dari pihak si wanita. Rako tak mampu membuat Starla berada di bawah kendali nya. Justru Starla yang sebetulnya tak ingin mengendalikan malah ada di posisi untuk menentukan. Dan Rako bukan pilihan Starla. Hidup Rako seperti di hantam palu godam raksasa. Keputusan Starla 2 setengah tahun yang lalu itu bagi Rako jauh lebih menohok dari hantaman uppercut kiri milik Muhammad Ali. George Foreman di mata Rako lebih beruntung ketimbang dirinya. Foreman memang pernah merasakan hantaman uppercut kiri milik Ali, tapi Foreman punya banyak kesempatan lagi untuk tanding ulang. Rako merasakan tanpa pernah punya kesempatan untuk memulai lagi dari awal dengan Starla meski Rako pun tahu hal itu seperti proses de javu sakit hati pada akhirnya.

Jadilah malam itu di habiskan Rako untuk berada dalam kebimbangan dan kebingungan atas apa yang akan di lakukan nya jika tanggal yang tertera di undangan itu tiba. Koper bermerek yang ia bawa bahkan belum terbuka untuk di rapikan.  Merapikan bawaan bisa kapan saja pikir Rako. Tapi menentukan tindakan nya jika tanggal itu tiba harus di putuskan secepatnya. Rako tak ingin tidur pelepas jet lag nya di hantui mimpi buruk karena kebimbangan dan kecemasan nya. Jika mempelai pria yang nama nya tertera di undangan itu bukan nama Christian, mungkin mudah saja bagi Rako untuk memutuskan tidak hadir dengan menyelipkan alasan-alasan klasik. Tapi Christian lah nama sang mempelai pria yang akan menikah. Rako merasa ia begitu jahat jika tidak hadir. Christian lebih dari sekedar teman bagi nya. Setiap kali Rako liburan ke Jakarta, Christian adalah orang pertama yang harus di temui nya. Entah hanya untuk mengobrol bertanya kabar atau merencanakan pergi bersenang senang bersama. Dan dari setiap kali pertemuan nya dengan Christian di Jakarta, Rako tak pernah lupa untuk menanyakan tentang siapa wanita yang mengisi hidup Christian. So, ketika sekarang Christian mengundangnya hadir di pernikahan nya, alangkah jahatnya Rako jika tak menyempatkan diri hadir. Meski sedang bimbang, Rako tetap tak mampu melawan rasa lelah dan letihnya akibat perjalanan puluhan jam di atas pesawat. Sebelum keputusan di ambil, Rako sudah tertidur di atas sofa lipat yang menjadi lokasi favoritnya di kediaman nya di Jakarta.

Akhirnya hari yang di takutkan itu tiba, minggu pagi yang tak seperti minggu pagi lain nya yang ia harapakan. Kali ini, minggu pagi terasa begitu berat. Hari ini ia harus menghadiri pernikahan dua orang yang sama-sama ia kenal. Bedanya, si mempelai wanita pernah ada di hatinya dan juga melukai nya. Setelah selesai mandi dan berpakaian, Rako segera menyambar kunci mobil Eropa nya dan bergegas menuju lokasi yang tertera di undangan itu. Jalanan hari minggu di Jakarta cukup bersahabat. Ia tak perlu merasa takut tua di jalanan karena kemacetan. Beberapa ratus meter sebelum lokasi yang ia tuju, Rako menghentikan mobilnya. Ia menepi. Ia kembali ragu dan bimbang melangkahkan kaki ke acara itu. Ia sejujurnya masih tak sanggup melihat Starla bersanding dengan pria lain dan lebih gilanya pria itu adalah sahabat nya. Rako terlalu pengecut untuk menyalami kedua mempelai dan berucap “ selamat ya..”. Bagi Rako hal itu jauh lebih sulit ia hadapi ketimbang  sidang skripsi di Inggris sana.  Jadilah menit ke menit Rako habiskan hanya untuk merenung seraya mendaratkan kepala nya di kemudi. Jika bisa Rako ingin menghubungi pria yang bekerja sebagai kontraktor, produser musik atau siapapun di luar sana yang juga menjadi korban Starla untuk merencanakan misi balas dendam dan mengacaukan pesta pernikahan itu.

Di tempat yang berbeda, di sebuah ruangan yang di buat menjadi begitu anggun dan elegan, pasangan laying-layang dan pemegang benang nya di darat sibuk menerima ucapan selamat dari para tamu undangan yang hadir. Keduanya tampak bahagia. Christian mungkin adalah septic tank paling elegan yang pernah ada dengan tuksedo putih yang ia kenakan. Dan Starla adalah ikan lele paling istimewa karena busana gaun pengantin nya berhiaskan permata yang memicingkan mata para tamu undangan. Sesaat sebelum Christian dan Starla berganti pakaian pengantin untuk sesi yang berikutnya, sebuah tepukan di bahu Christian memaksa nya menoleh. Bukan tamu biasa tentunya yang berani menepuk bahu si mempelai pria. Dan tamu nya yang satu ini memang bukan sembarang tamu, ia adalah Rako. Kejutan kecil lain nya bagi Christian, tapi mungkin bencana besar bagi Starla.  Rako dan Christian berhadapan. Setelah lidah kedua sahabat sejak TK hingga SMA sempat di hinggapi kelu berujung kebisuan, Rako dengan ikhlas menjulurkan tangan nya untuk kemudian di sambut dengan hangat oleh Christian. “selamat ya… akhirnya lo yang nikah duluan.” Rako berucap seraya meyerahkan sebuah kado kecil untuk pasangan itu. “thanks banget ya lo udah mau dateng…” Christian menjawab ucapan dari sahabat nya tadi dengan meyaksikan untuk pertama kalinya Rako dan Starla kembali bersentuhan. Rako menyalami Starla dan memeluknya pelan. Ucapan Rako ke Christian tadi ia ulangi ketika memberi ucapan ke Starla. Bedanya Starla tidak menjawab, Starla hanya tersenyum kecil di ikuti ekspresi matanya yang mulai berkaca kaca. Jadilah pertemuan mereka bertiga saat itu menjadi pertemuan paling sunyi yang pernah mereka alami. Aneh. Ada sesuatu yang mengganjal di hati ketiga manusia itu. Rako dengan sakit hati dan kebahagiaan nya untuk Christian sahabatnya, Christian dengan kebahagiaan nya menikah dan rasa tak enak hatinya pada Rako serta Starla yang juga merasa bahagia di hari pernikahan nya tapi juga merasa amat bersalah pernah menyakiti Rako yang merupakan sahabat baik suami nya saat ini.

Jika hubungan persahabatan Christian dan Rako itu di kemas menjadi sebuah pertarungan mencari jodoh, Christian lah pemenang nya. Ia sudah mampu sampai di satu titik dimana ia merasa sudah menemui jodoh nya dan berhasil mengikatnya dalam sebuah ikatan berlabel pernikahan. Tapi, keberanian dan kebesaran hati Rako untuk hadir dan memberi ucapan selamat kepada Christian dan Starla  di pesta pernikahan nya adalah sebuah tindakan yang juga pantas di beri gelar pemenang, meski tanpa sabuk juara. Ya, Starla seolah seperti sebuah sabuk gelar juara tinju yang di perebutkan oleh banyak petarung dari berbagai kelas. Rako termasuk di dalam nya.  Christian bukan termasuk dalam kategori petarung itu. Ia tak ubahnya hanyalah penonton dan penggemar berat tinju yang menyaksikan dengan seksama satu persatu para petarung berjatuhan dan gagal mendapat sabuk juara itu. Dan ketika sabuk juara itu mulai bosan terus di perebutkan oleh mereka yang hanya menginginkan ikatan, sabuk itu lah yang akhirnya menentukan pilihan kemana ia ingin di miliki meski bukan dari golongan para petarung yang sudah berusaha mati-matian mendapatkan nya. Pilihan sang sabuk bukan di jatuhkan pada mereka yang kuat atau bertarung dengan hebat, sang sabuk yang dalam hal ini berwujud Starla rupanya jatuh hati pada penonton setia nya yaitu Christian. Starla jauh lebih mengapresiasi tinggi sikap dan sifat Christian selama ini. Meski sebelumnya hanya bertindak sebagai penonton, hal itu lah yang membuat Christian justru lebih memahami Starla ketimbang para petarung yang berguguran. Karena Christian bisa melihat dengan seksama apa yang seorang Starla butuhkan dan Starla pun jadi mengerti sosok mana yang mampu menjadi jawaban atas rasa kesepian nya selama ini.