11 November 2007 terjadi bentrokan
antara Ultras Lazio dengan sekelompok Ultras Juventus di sebuah wilayah di kota
Roma. Gesekan dua kelompok Ultras yang terkenal sebagai rival itu terjadi di
sebuah jalan bebas hambatan dekat SPBU di Badia al Pino Arezzo. Polisi kota
Roma berusaha membubarkan keributan tersebut. Seorang pria muda bernama
Gabriele Sandri yang saat itu sedang berada di dalam mobil nya rupanya berada
di waktu dan tempat yang salah. Seorang polisi kota Roma yang bernama Luigi
Spaccarotella melepaskan tembakan dari pistol Beretta 92 caliber 9 mm miliknya
dan peluru tersebut mengenai dan menembus leher Sandri. Satu peluru itu cukup
untuk mengakhiri hidup seorang Gabriele Sandri. Seorang Ultras meninggal karena
ulah arogan polisi.
Kematian naas Sandri tersebut
menimbulkan kerusuhan yang merebak di seantero Italia. Kelompok Ultras dari
semua klub di Italia mengecam tindakan brutalisme aparat yang bersembunyi di
balik alibi “mengamankan”. Para Ultras dari beberapa klub tidak lagi
mengidentifikasikan diri mereka dengan klub yang mereka dukung, tapi sebagai
sebuah keluarga besar Ultras yang merasa terzalimi. Ultras Lazio dan Ultras As
Roma yang biasanya berseberangan kala itu bersatu untuk kemudian melakukan aksi
turun ke jalan dan berdemo di depan dua titik strategis yaitu di depan kantor
Komite Olimpiade Nasional Italia ( CONI ) dan di depan kantor polisi terdekat.
Aksi turun ke jalan yang berujung pada kerusuhan itu membuat kondisi ibukota
Italia itu mencekam. Berbekal pentungan dan memakai topeng, ratusan Ultras
membakar tong sampah, bus dan beberapa kendaraan termasuk kendaraan aparat
milik kota Roma. Buntut dari aksi tersebut, 4 Ultras di tahan, 70 polisi
terluka dan kerugian saat itu di taksir mencapai 75.000 Lira.
Gabriele Sandri di makamkan pada Rabu 14 November 2007 dengan
di awali misa di gereja paroki tempat dia menerima Sakramen Pemandian. Gereja
tersebut terletak di Piazza Baldunia yang letaknya tak jauh dari kediaman dan
toko milik keluarga nya yang di kelola oleh Sandri. Ribuan Ultras dari penjuru
Italia menghadiri prosesi tersebut. Di hari rabu itu di kenang sebagai hari
dimana Ultras bersatu. Berikut ini adalah catatan milik seorang Ultras AS Roma
yang saat itu menghadiri upacara pemakaman Gabriele Sandri.
“ Saya memutuskan untuk
menghadiri nya. Sebagian untuk menunjukan rasa hormat saya kepada nya, sebagian
lagi karena kejadian ini membuat saya marah. Saya tiba di dekat gereja tersebut
sekitar pukul 11.40 dan saat itu gerimis. Saya dan puluhan rekan lain berjalan
melewati taman yang sudah penuh sesak oleh ribuan orang lain nya. Beberapa
orang membentuk pagar betis di tangga menuju gereja, menahan kerumunan massa
yang memenuhi empat penjuru taman di sekeliling gereja tersebut. sebagian massa
saat itu adalah pemuda, tetapi jumlah perempuan dan lanjut usia pun cukup
banyak. Media kala itu memperkirakan paling tidak ada 5000 orang di sana saat
itu. Kelompok Ultras dari seluruh Italia terwakili. Saya melihat kelompok dari
Juventus, Inter, Milan, Taranto, Avellino, Genoa, Cremonese dan Livorno serta
banyak kelompok lain yang tidak saya kenali syal nya dari klub mana. Saya
menyeruak kerumunan orang hingga mencapai pagar dimana terdapat tumpukan tinggi
bunga dan syal dari berbagai klub di latarbelakangi sebuah tulisan “ KEADILAN
BAGI SANDRI “. Di antara syal Lazio, saya melihat syal AS Roma, Inter, Juve, AC
Milan, Udinese, Palermo dan banyak lain nya. Karangan bunga yang terpajang pun
tak hanya berasal dari teman-teman Sandri dan pendukung Lazio, tetapi juga
bahkan ada yang berasal dari Antonello Venditti yang merupakan pimpinan Ultras
AS Roma dan dari petinggi Ultras lain nya.
Bahkan saya pun melihat karangan bunga berwarna ungu-hitam dari Fossa
dei Leoni yang sebenarnya telah bubar sejak 2005 lalu.
Sementara di dalam gereja sudah
penuh sesak oleh keluarga, kerabat dan wakil pemerintahan Italia. Ada Walter
Veltroni dan Luciano Spaletti. Yang mengharukan, saya pun melihat “er pupone”
Fransesco Totti yang menangis ketika dia memeluk ibunda Sandri. Seluruh skuad
tim Lazio dan tim-tim usia mudanya lengkap hadir di sana, termasuk pelatih Delio Rossi. Kami yang berada di luar tentu
saja tidak dapat melihat dengan jelas atau mendengar upacara di dalam gereja.
Semuanya hening. Hanya sesekali terdengar tepuk tangan ketika tim Lazio dan
keluarga mereka tiba. Saya berdiri di dekat tokoh Irriducibili. Satu di antara
nya memiliki tattoo di leher kanan bertuliskan ACAB. Saya berpindah tempat,
sementara hujan semakin deras. Tepukan tangan berhenti ketika pemain Lazio yang
terakhir masuk gereja. Kami berdiri dalam keheningan. Di depan saya ada seorang
perempuan berumur sekitar 50an, seorang diri, memakai syal Lazio sambil meremas
saputangan nya.
Orang-orang di belakang saya
berbincang perlahan dengan bahasa Italia yang bukan beraksen Roma. Pimpinan Banda Noatri tiba dan
berdiskusi dengan pimpinan Irriducibili. Ketua mereka di penuhi tattoo
bergambar salib, simbol-simbol fasisme dan simbol Lazio. Pukul 13.00 misa
berakhir dan terdengar gemuruh tepuk tangan ketika peti jenazah Sandri di usung
keluar. Ultras dari berbagai klub tanpa komando secara serentak dan kompak
meneriakkan “ Gabriele uno di noi “ atau “ Gabriele, kamu bagian dari kami” .
Sebagian massa lain mulai menyanyikan sebuah lagu. Awalnya terdengar kurang
jelas, tapi kemudian mulai terdengar jelas dan itu adalah lagu “ Vola Lazio
Vola .” sebelum hari itu saya hanya mendengar lagu tersebut ketika derby Roma
dan saya mendengar nya dari Curva Sud yang kemudian akan dibalas oleh teriakan
dari kami para Giallorossi.
Fans Lazio di seberang taman
mulai bernyanyi dengan suara keras dan perempuan tua yang tadi berada di depan
saya ikut bernyanyi dengan suara bergetar. Saputangan nya kini benar-benar
lusuh. Hujan bertambah deras. Perempuan di depan saya itu tak lagi mampu
menahan emosi nya dan mulai menangis dengan terisak di tengah gemuruh nyanyian
“ Lazio sul prato verde vola, Lazio tu non sarai mai sola, Vola un’aquila nel
cielo, piu in alto sempre volera.” Untung nya saya saat itu pun membawa tissue
karena tanpa sadar saya pun mulai menangis…
Usai bernyanyi, terdengar
kembali yel-yel “Gabriele sempre con noi.” Di awali beberapa orang, akhirnya
kami mulai serempak menyanyikan lagu kebangsaan Italia. Para pimpinan
Irriducibili dan Banda Noatri tegap memberikan hormat ala Romawi dengan tangan
kanan terangkat ketika peti jenazah Sandri melewati mereka. Tanpa yel, tanpa
slogan, hanya sebuah penghormatan.
Massa mulai mencair dan
meninggalkan tempat di bawah lebatnya hujan. Para pemain Lazio menaiki bus
tepat di depan saya dengan hening. Mereka mulai menghapus uap air dari jendela
bis dan memandangi kami yang di luar dengan pandangan kosong. Bahkan, saya bisa
melihat dengan jelas Mudingayi menempelkan wajah sedih nya ke jendela bus. Seiring
beranjak nya bis pemain itu pergi, massa pun meninggalkan tempat dengan
keheningan yang sama ketika mereka datang. Pulang ke rumah masing-masing.
Sekitar 1000 orang Ultras Lazio menuju Olimpico, lalu berkumpul di bawah Curva
Nord dan menyanyikan lagu-lagu Lazio.
Mentalitas Ultras memang
beragam. Sebagian baik, sebagian buruk. Tetapi hari ini saya belajar tentang
suatu hal. Hari ini mereka berdatangan dari berbagai kota : Milan, Turin,
Naples, Palermo dan lainnya dengan biaya mereka sendiri, berdiri dua jam di
bawah hujan, untuk memberikan penghormatan terakhir kepada seseorang yang tidak
mereka kenal, mereka bertepuk tangan untuk keluarga dan kerabat yang berduka,
menyanyikan sebuah nama yang bahkan tidak di kenalnya seminggu yang lalu. Dan
mereka semua pun membubarkan diri dalam damai. Anda mungkin menganggap
perbuatan mereka ini tidak masuk akal, tetapi ini adalah fakta. Lalu, masihkah
anda menganggap bahwa semua Ultras itu identik dengan kekerasan…???”
Pengadilan kota Roma memutuskan bahwa
Luigi Spaccarotella bersalah dan menjatuhi hukuman 6 tahun penjara. Ketika
Spaccarotella mengajukan banding, pengadilan justru menambah hukumannya menjadi
9 tahun 4 bulan karena menemukan bukti baru dengan adanya unsur kesengajaan.
Gabtiele Sandri telah tiada dalam usianya yang tergolong muda. Tetapi Sandri
adalah monumen untuk semua Ultras di Italia. Curva Nord di Olimpico kini
berganti nama menjadi Curva Nord Gabriele Sandri dan jika anda berkesempatan untuk
datang langsung ke sana, akan akan mendapati sebuah bangku yang sengaja selalu
di kosongkan dan terdapat foto Sandri sebagai bentuk penghormatan kepada nya.
Karena Sandri akan selalu berada di hati semua Ultras di Italia bahkan dunia.
Sebuah yayasan bernama Fondazione Gabriele Sandri di dirikan dan tetap beraktifitas
hingga kini.
“ Ciao Gabriele Sandri… Gabriele
sempre con noi…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar