26
Mei 2012 lalu, di Stadion Utama Gelora Bung Karno
Jakarta, yang kala itu di padati oleh ratusan bahkan ribuan Interisti, mata
saya tertuju pada satu spanduk yang cukup besar yang di bawa oleh salah satu
Interisti. Spanduk tersebut bertuliskan, “ Thanks GOD, I’am not Milanisti.”
Kalimat yang tertulis di spanduk itu sangat tajam dan seolah menegaskan bahwa
Interisti memang sangat anti terhadap Milanisti yang notabene nya adalah
saudara tua dan rival sekota. Karena tulisan di spanduk itu pula saya jadi
ingin sedikit menceritakan hal-hal yang seolah membuat perseteruan antara
Interisti dan Milanisti menjadi sah dan mengakar dari berbagai generasi.
SEJARAH TIFOSI
Milan
pada awalnya, mayoritas pendukung nya berasal dari penduduk kota kelas pekerja
yang mencari nafkah sebagai buruh kasar. Mereka biasanya datang dari Italia
Selatan. Sementara di sisi Inter, mayoritas tifosi nya berasal dari masyarakat Milano yang cenderung
berada, tipikal menengah-atas. Kondisi ini sebenarnya sudah tidak lagi menjadi
signifikan di masa kini, tapi persepsi tersebut masih terus terpelihara.
HALUAN POLITIK
Sebelum kedatangan Silvio Berlusconi, media Italia melabeli
Ultras Milan berhaluan politik sayap kiri yang biasanya di kaitkan dengan
aliran sosialis. Sementara itu, tifosi Inter di anggap berhaluan sayap kanan
yang biasanya di hubungkan dengan konservatisme atau liberalisme.
CURVA SUD VS CURVA NORD
Curva dalam sepakbola Italia adalah sebutan untuk tribun
penonton yang berbentuk melengkung tepat di belakang gawang. Curva memainkan
peran integral dalam kultur Ultras alias suporter Die Hard atau di kenal dengan
sebutan Garis Keras. Ultras Milan menduduki Curva Sud Stadion San Siro,
sedangkan Ultras Inter adalah pemilik Curva Nord di Stadion Giuseppe Meazza.
Kondisi ini jelas menempatkan Ultras Milan dan Ultras Inter selalu
berseberangan dan dalam posisi yang bertentangan.
GIANNI RIVERA VS SANDRO MAZZOLA
Di era 1960-an, Milan dan Inter sama-sama di perkuat oleh
anak emas sepakbola Italia. Gianni Rivera dan Sandro Mazzola. Di setiap partai
derby berlangsung ketat. Sisi negatifnya terlihat di Timnas Italia. Rivera dan
Mazzola sangat jarang di mainkan bersama. Mereka biasanya malah saling
menggantikan. Di final Piala Dunia 1970 saat menghadapi Brazil, Rivera tidak di
mainkan sejak awal. Italia kalah 1-4 dan pelatih Italia saat itu Ferruccio
Valcareggi di anggap melakukan suatu kesalahan karena lebih mengedepankan
Mazzola.
TRIO BELANDA VS TRIO JERMAN
Pada era 1980-an dan 1990-an, panasnya persaingan Milan dan
Inter terwakili oleh kebiasaan mereka menjadi bayangan dari sang rival. Ketika
Milan sukses dengan trio Belanda nya ( Van Basten, Gullit dan Rijkaard ) Inter
pun memiliki trio maut yang berasal dari Jerman, ( Klinsmann, Mattheus, dan
Brehme ).
BRAZIL VS ARGENTINA
Ketika memasuki millennium, Milan di kenal gemar mengumpulkan
pemain dari negeri samba Brazil seperti
Dida, Kaka, Cafu, Serginho, Roque Junior, dan Rivaldo. Sedangkan Inter
pun tak mau kalah dengan memiliki pasukan Argentina nya sepert Almeyda, Crespo, Zanetti, Kily Gonzalez dan
Juan Veron. Milan vs Inter seolah mewakili duel dua negara yang di anggap
eksportir pemain-pemain hebat. Sisa-sisa dua poros tersebut bahkan masih
terlihat hingga kini.
BERLUSCONI VS MORATTI
Silvio Berlusconi tipikal pribadi yang anti perubahan,
sedangkan Massimo Moratti adalah pribadi yang mendukung perubahan. Itulah aroma
persaingan pemimpin tertinggi antara Milan vs Inter. Rivalitas tak hanya
terjadi di arena sepakbola karena sudah sampai ke ranah politik. Milan Berlusconi
senang bertahan dengan sejumlah pemain veteran. Sedangkan Inter di bawah
Moratti sejak awal kepemimpinan nya terus mengalami perubahan. Di politik,
Berlusconi adalah simbol status quo dengan ngotot menjadi Perdana Menteri
Italia dalam rentang waktu 1994-1995, 2001-2006 dan 2008-2011. Kondisi tersebut
jelas di tentang Moratti, yang bahkan rela melawan saudara iparnya sendiri,
Letizia dengan mendukung Giuliano Pisapia untuk menjadi Walikota Milano menggantikan
Letizia pada 2011 lalu.
Milan dan Inter tidak pernah memakai kit sponsor yang sama.
Antara 1981-1998, Linea Milan, NR, Rolly Go, Gianni Rivera, Kappa, Adidas dan
Lotto yang menghiasi baju Milan. Di rentang waktu yang sama, Inter memakai
Puma, Mecsport, Le Qoc Sportif, Uhlsport serta Umbro. Dan sejak 1998, kedua tim
di dukung dua perusahaan yang juga berseteru di dunia bisnis. Milan oleh Adidas
yang merupakan peringkat satu Eropa, sementara Inter oleh Nike yang merupakan
peringkat satu dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar