Rabu, 11 Juli 2012

Rivalitas Lintas Generasi


26 Mei 2012 lalu, di  Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, yang kala itu di padati oleh ratusan bahkan ribuan Interisti, mata saya tertuju pada satu spanduk yang cukup besar yang di bawa oleh salah satu Interisti. Spanduk tersebut bertuliskan, “ Thanks GOD, I’am not Milanisti.” Kalimat yang tertulis di spanduk itu sangat tajam dan seolah menegaskan bahwa Interisti memang sangat anti terhadap Milanisti yang notabene nya adalah saudara tua dan rival sekota. Karena tulisan di spanduk itu pula saya jadi ingin sedikit menceritakan hal-hal yang seolah membuat perseteruan antara Interisti dan Milanisti menjadi sah dan mengakar dari berbagai generasi.



SEJARAH TIFOSI
Milan pada awalnya, mayoritas pendukung nya berasal dari penduduk kota kelas pekerja yang mencari nafkah sebagai buruh kasar. Mereka biasanya datang dari Italia Selatan. Sementara di sisi Inter, mayoritas tifosi nya  berasal dari masyarakat Milano yang cenderung berada, tipikal menengah-atas. Kondisi ini sebenarnya sudah tidak lagi menjadi signifikan di masa kini, tapi persepsi tersebut masih terus terpelihara.

 

HALUAN POLITIK
Sebelum kedatangan Silvio Berlusconi, media Italia melabeli Ultras Milan berhaluan politik sayap kiri yang biasanya di kaitkan dengan aliran sosialis. Sementara itu, tifosi Inter di anggap berhaluan sayap kanan yang biasanya di hubungkan dengan konservatisme atau liberalisme.



CURVA SUD VS CURVA NORD
Curva dalam sepakbola Italia adalah sebutan untuk tribun penonton yang berbentuk melengkung tepat di belakang gawang. Curva memainkan peran integral dalam kultur Ultras alias suporter Die Hard atau di kenal dengan sebutan Garis Keras. Ultras Milan menduduki Curva Sud Stadion San Siro, sedangkan Ultras Inter adalah pemilik Curva Nord di Stadion Giuseppe Meazza. Kondisi ini jelas menempatkan Ultras Milan dan Ultras Inter selalu berseberangan dan dalam posisi yang bertentangan.



GIANNI RIVERA VS SANDRO MAZZOLA
Di era 1960-an, Milan dan Inter sama-sama di perkuat oleh anak emas sepakbola Italia. Gianni Rivera dan Sandro Mazzola. Di setiap partai derby berlangsung ketat. Sisi negatifnya terlihat di Timnas Italia. Rivera dan Mazzola sangat jarang di mainkan bersama. Mereka biasanya malah saling menggantikan. Di final Piala Dunia 1970 saat menghadapi Brazil, Rivera tidak di mainkan sejak awal. Italia kalah 1-4 dan pelatih Italia saat itu Ferruccio Valcareggi di anggap melakukan suatu kesalahan karena lebih mengedepankan Mazzola.



TRIO BELANDA VS TRIO JERMAN

Pada era 1980-an dan 1990-an, panasnya persaingan Milan dan Inter terwakili oleh kebiasaan mereka menjadi bayangan dari sang rival. Ketika Milan sukses dengan trio Belanda nya ( Van Basten, Gullit dan Rijkaard ) Inter pun memiliki trio maut yang berasal dari Jerman, ( Klinsmann, Mattheus, dan Brehme ).


BRAZIL VS ARGENTINA
Ketika memasuki millennium, Milan di kenal gemar mengumpulkan pemain dari negeri samba Brazil seperti  Dida, Kaka, Cafu, Serginho, Roque Junior, dan Rivaldo. Sedangkan Inter pun tak mau kalah dengan memiliki pasukan Argentina nya sepert  Almeyda, Crespo, Zanetti, Kily Gonzalez dan Juan Veron. Milan vs Inter seolah mewakili duel dua negara yang di anggap eksportir pemain-pemain hebat. Sisa-sisa dua poros tersebut bahkan masih terlihat hingga kini.


 
BERLUSCONI VS MORATTI
Silvio Berlusconi tipikal pribadi yang anti perubahan, sedangkan Massimo Moratti adalah pribadi yang mendukung perubahan. Itulah aroma persaingan pemimpin tertinggi antara Milan vs Inter. Rivalitas tak hanya terjadi di arena sepakbola karena sudah sampai ke ranah politik. Milan Berlusconi senang bertahan dengan sejumlah pemain veteran. Sedangkan Inter di bawah Moratti sejak awal kepemimpinan nya terus mengalami perubahan. Di politik, Berlusconi adalah simbol status quo dengan ngotot menjadi Perdana Menteri Italia dalam rentang waktu 1994-1995, 2001-2006 dan 2008-2011. Kondisi tersebut jelas di tentang Moratti, yang bahkan rela melawan saudara iparnya sendiri, Letizia dengan mendukung Giuliano Pisapia untuk menjadi Walikota Milano menggantikan Letizia pada 2011 lalu.



SPONSOR KLUB
Milan dan Inter tidak pernah memakai kit sponsor yang sama. Antara 1981-1998, Linea Milan, NR, Rolly Go, Gianni Rivera, Kappa, Adidas dan Lotto yang menghiasi baju Milan. Di rentang waktu yang sama, Inter memakai Puma, Mecsport, Le Qoc Sportif, Uhlsport serta Umbro. Dan sejak 1998, kedua tim di dukung dua perusahaan yang juga berseteru di dunia bisnis. Milan oleh Adidas yang merupakan peringkat satu Eropa, sementara Inter oleh Nike yang merupakan peringkat satu dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar