Jumat, 16 Mei 2014

Fanatisme Itu Gak Rasional








Jika anda seorang penggemar sepakbola khususnya sepakbola Indonesia ,anda pasti tahu ada sebuah klub yang berbasis di ibukota yang bernama Persija Jakarta. Klub yang selalu di labeli tim besar karena memang hampir di semua negara di dunia, klub sepakbola yang berbasis di ibukota pasti mendapat perhatian yang lebih dari klub-klub lain nya. Spanyol dengan Real Madrid nya, Argentina dengan Boca Juniors nya, Italia dengan AS Roma nya dan di Indonesia ada Persija Jakarta. Dan jika kita membicarakan tentang Persija, suka atau tidak kita pasti akan serta merta juga membahas satu kata, Jakmania. Ya, suatu organisasi yang seluruh anggotanya adalah supporter fanatik dari Persija. Suatu organisasi yang identik dengan warna oranye yang juga sama dengan warna kostum Persija ini bisa di bilang adalah salah satu organisasi dengan jumlah massa yang terbilang besar di Indonesia. Organisasi suporter yang terkenal dengan kalimat “ Persija ampe mati “ ini bisa di temui hampir di semua penjuru kota Jakarta dan sekitarnya.


Jakmania di dirikan pada tanggal 19 Desember 1997 ketika kala itu kompetisi sepakbola di Indonesia masih bernama Ligina. Di dirikan dan bermarkas di Stadion Menteng yang kini hanya menjadi kenangan. Sejak awal kemunculan nya dengan lambang jempol dan telunjuk di blantika sepakbola Indonesia, Jakmania telah berkembang pesat secara jumlah anggota meski di awal berdirinya memang terlihat agak sulit bagi Jakmania menjaring para anggota yang cinta Persija. Kini di usia nya yang memasuki umur 15 tahun, Jakmania benar-benar telah menjadi organisasi suporter dengan basis anggota terbilang banyak dan hampir tersebar di seluruh Pulau Jawa bahkan Sumatera. Anggota resmi Jakmania tercatat mencapai 15.000 lebih itupun belum termasuk para simpatisan yang sebenarnya juga loyal dan total dalam mendukung Persija. Tak perlu melakukan survey ke lapangan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah Jakmania, anda cukup berkeliling di sekitar kawasan Senayan saat Persija berlaga di Jakarta, maka anda bisa temui dan merasakan atmosfir dari rasa cinta Jakmania untuk Persija. Persija dengan Jakmania nya adalah dua elemen yang tak bisa di pisahkan. Di mana ada Persija, saya bisa pastikan bahwa anda akan mendapati Jakmania ada dan mendukung Persija. 


Tapi keberadaan Jakmania di tengah-tengah masyarakat Jakarta yang heterogen menjadi seperti dua sisi mata uang yang berlawanan. Jakmania bagi sebagian orang di cap sebagai kelompok suporter yang brutal,liar dan suka mengganggu ketertiban umum. Stigma sebagian masyarakat terhadap Jakmania begitu buruk. Tak jarang muncul penolakan atau cemoohan yang di tujukan kepada Jakmania. Ada sebagian orang yang bahkan menjuluki Jakmania tak ubahnya kelompok Pom-Pom Boys atau cheerleader yang beranggotakan pria melihat seringnya anggota Jakmania naik di atap kendaraan lalu bernyanyi dan menari meski itu sebenarnya adalah bentuk lain dari dukungan untuk Persija. Jakmania di anggap sebagai biang kemacetan karena memenuhi jalan-jalan raya di Jakarta ketika akan berangkat ke stadion maupun ketika pulang dari stadion. Dan seperti kelompok suporter fanatik lain nya di dunia, Jakmania juga seringkali terlibat perkelahian entah itu dengan kelompok suporter lain atau bahkan dengan aparat kepolisian. Berkelahi apapun alasan nya memang tidak dapat di benarkan, tapi jika di cermati lagi, anggota Jakmania yang terlibat perkelahian pun manusia biasa yang tentu memiliki sifat emosi yang bisa tersulut bila merasa di terganggu dan di lecehkan. Beberapa orang yang mengaku Jakmania pernah tertangkap tangan membawa senjata tajam,minuman keras dan bahkan narkoba ketika akan menyaksikan Persija berlaga. Hal itu tak bisa di pungkiri ada dan benar adanya tapi bukan berarti semua anggota Jakmania seperti itu. Mereka yang seperti itu adalah bagian kecil dari banyaknya anggota  Jakmania lainnya yang memang gila sepakbola dan cinta Persija dan tak akan melakukan hal-hal negatif yang dapat mencoreng nama Jakmania serta Persija.

Di sisi lain,keberadaan Jakmania justru menjadi warna tersendiri di kota Jakarta. Keberadaan Jakmania dengan fanatisme luar biasanya mampu menggairahkan persepakbolaan di Indonesia. Banyak orang yang tadinya acuh terhadap sepakbola Indonesia malah menjadi tertarik dan menggilai nya karena melihat bagaimana rasa cinta yang di tunjukkan para Jakmania kepada Persija. Setiap kali Persija berlaga di Jakarta, kota ini menjadi lebih berwarna karena kehadiran Jakmania yang datang langsung ke stadion dengan berbagai macam atribut. Para pedagang asongan di sekitar Senayan pun ikut merasakan dampak positif dari kehadiran Jakmania di setiap pertandingan Persija. Fanatisme para Jakmania terhadap Persija terbilang luar biasa karena Jakmania pun turut serta hadir pada pertandingan Persija di luar Jakarta bahkan di luar Pulau Jawa. Hal itu menjadi sangat spesial mengingat Indonesia adalah negara kepulauan  yang otomatis membutuhkan tenaga,waktu dan biaya bagi para Jakmania jika harus bepergian ke luar Jakarta demi mendukung Persija. Semua hal itu terbungkus menjadi satu kata bernama loyalitas. Loyalitas tanpa batas.

Saya sendiri adalah seorang Jakmania. Tentu saya tidak termasuk dalam kategori Jakmania liar atau yang berkonotasi negatif. Saya melabeli diri saya Jakmania karena saya memang gila sepakbola dan cinta Persija. Saya selalu merasakan sesuatu yang berbeda ketika terbangun di hari di mana Persija akan berlaga di Jakarta. Semangat.  Datang langsung dan mendukung Persija sudah menjadi semacam ritual yang harus saya jalankan tak peduli apapun hari dan kondisinya. Mengenakan atribut Jakmania dan Persija jauh membuat saya lebih percaya diri ketimbang saya mengenakan pakaian lain nya. Masuk ke stadion, duduk dan bernyanyi bersama, merasakan kemenangan atau kekalahan bersama melahirkan sebuah kepuasan yang tak ternilai. Seorang teman pernah berujar, “ ngapain si panas-panas malah kadang hujan lagi capek-capek ke stadion klo di TV juga ada, ngeluarin duit pula…!!! “. Saya hanya tersenyum kecil setiap cibiran seperti itu di tujukkan kepada saya. Sebuah kalimat singkat namun penuh makna selalu saya ucapkan kepada mereka yang mencibir kecintaan saya terhadap Persija. Sebuah kalimat yang berbunyi, “ Fanatisme itu gak rasional.” Saya dan semua Jakmania lain nya di seluruh penjuru Nusantara pasti  tahu dan mengerti seperti apa fanatisme itu bergelora di dalam jiwa dan tertuju hanya untuk Persija Jakarta.

Salam Jempol Telunjuk. Forza Jakmania. Bravo Persija.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar