Jumat, 17 Februari 2012

Elegan Dalam Bertahan


“ Jika ingin memenangkan pertandingan, kuasailah lini tengah sepanjang 90 menit.”
Sebuah slogan sepakbola yang begitu terkenal itu tentu sudah seringkali kita dengar dan di sebut oleh para pengamat sepakbola baik di Indonesia ataupun di mancanegara. Lini tengah memang menjadi titik sentral dari sebuah tim sepakbola. Ketika sebuah tim memiliki komposisi pemain dan pola permainan di lini tengah yang mumpuni, di yakini tim tersebut akan lebih mudah memenangkan sebuah pertandingan. Di sektor tengah itulah wajib berdiri seorang pengatur serangan yang mampu memberikan umpan-umpan kepada para penyerang, atau malah menyelesaikan langsung ke gawang lawan dengan sebuah tembakan jarak jauh. Dan jika ada pemain yang bertugas mengatur serangan maka secara otomatis harus ada pemain di lini tengah yang bertugas menahan serangan lawan sebelum sampai ke lini pertahanan. Di sepakbola pemain tipikal itu di sebut seorang gelandang bertahan. Gelandang pengangkut air,breaker atau destroyer adalah julukan lain bagi pemain yang berdiri tepat di depan para bek.

Para pemain yang menempati posisi gelandang bertahan haruslah seorang yang mampu tampil fit sepanjang 90 menit. Fisik yang prima jelas menjadi modal awal agar para gelandang bertahan ini mampu menyeimbangkan lini tengah. Seorang gelandang bertahan juga di tuntut agar mampu merebut bola yang di kuasai lawan dengan tackling atau duel udara maupun kontak fisik. Sebuah tugas yang sama sekali tidak mudah. Gelandang bertahan yang baik juga harus bisa menjadi jembatan aliran bola dari lini belakang sebelum sampai ke gelandang serang atau langsung ke penyerang. Ketika terjadi kondisi transisi dari bertahan ke menyerang,para gelandang bertahan juga harus menjaga kedalaman lini tengah agar bola bisa sampai ke depan dan tidak meninggalkan lubang ketika terjadi serangan balik oleh lawan.

Di era sepakbola sebelumnya, kita tentu sangat mengenal sosok pemain seperti Claude Makelele,Roy Keane, Patrick Vieira,Gennaro Gatusso, atau para gelandang bertahan lain nya. Sosok pemain yang seolah memberikan rasa aman bagi para gelandang serang untuk berkreasi membangun serangan. Nama-nama yang saya sebutkan tadi sangat terkenal karena kepiawaian nya merebut bola dengan sliding tackle. Mereka melakukan nya demi merebut bola dan meminimalisir kemungkinan bahaya yang mengancam lini pertahanan. Tak jarang para pemain itu sering mendapat ganjaran kartu karena cara bermain mereka yang keras. Tapi bermain keras atau malah cenderung kasar memang seolah menjadi ciri dari para pemain yang menempati posisi gelandang bertahan.

Kini, di era sepakbola modern yang terkenal lebih cepat dan lebih eksplosif, para gelandang bertahan seolah bertransformasi menjadi sosok pemain yang agak berbeda dari era sepakbola sebelumnya. Para gelandang bertahan tak lagi melulu melakukan pekerjaan kotor semacam sliding tackle untuk merebut bola dan mengamankan lini pertahanan. Di era sepakbola masa kini,kita di suguhkan atraksi para gelandang bertahan yang bermain halus dan elegan namun tetap menjalankan tugasnya dengan baik. Lihat bagaimana Sergio Busquets bermain di lini tengah Barcelona. Ia tak sering terlihat menyusur tanah untuk mendapatkan bola. Ia benar-benar menguasai area tengah lapangan dengan sangat baik. Kemampuan nya dalam membaca permainan sudah cukup membuat lini tengah dan pertahanan Barca terjaga dengan baik meski ia jarang melakukan sliding tackle. Body movement nya terlihat anggun meski tak jarang juga harus beradu kontak fisik dengan para pemain lawan. Di Manchester United yang dulu memiliki gelandang bertahan berkarakter dalam diri Roy Keane, kini posisi tersebut di huni oleh Michael Carrick. Sama seperti Busquets, Carrick pun jarang sekali terlihat melakukan sliding tackle demi mengamankan daerahnya. Ia menutupi hal itu dengan melakukan intersep memutus aliran serangan lawan. Sifat “lembut” dari Carrick itupun sempat menuai kritik di kalangan pengamat sepakbola Inggris yang menilai Carrick bukanlah gelandang bertahan yang baik mengingat dirinya jarang melakukan sliding tackle. Namun demikian, kita bisa melihat efek bagaimana Carrick bermain dengan caranya. Ia kini menjadi penghuni pemain inti di Manchester United dan tidak tergantikan. Nigel De Jong di Manchester City posisi nya mulai tergeser oleh Gareth Barry karena kepiawaian Barry dalam membaca permainan dan memutus serangan lawan jelas lebih ampuh ketimbang cara De Jong bermain yang cenderung “kasar”. Arsenal punya Alex Song yang juga piawai dalam menguasai bola dan melakukan penetrasi.  Di Italia, Inter ketika meraih treble punya gelandang bertahan elegan dalam diri Thiago Motta dan Esteban Cambiasso. Gatusso di Milan pun sulit mendapat tempat di tim inti karena ia hanya mengandalkan kekuatan fisik ketimbang teknik yang ada di sosok gelandang lainnya seperti Van Bommel ataupun Nocerino. Juve menyerahkan lini tengah nya untuk di kuasai gelandang gaek berpengalaman seperti Andre Pirlo yang di temani bakat muda Claudio Marchisio ketimbang duet Sissoko dan Felipe Melo. Di Spanyol, Madrid punya gelandang berkualitas dalam diri Xabi Alonso yang punya kemampuan luar biasa dalam bertahan ataupun menyerang. Barca punya Busquets, Valencia punya Tino Costa dan Villareal memiliki Bruno. Semua nama-nama itu adalah para pemain gelandang bertahan yang mulai meninggalkan cara sliding tackle yang jelas berisiko dan menutupi nya dengan melakukan intersep dan membaca permainan lawan. Mereka merebut atau memotong bola sebelum lawan semakin mendekati area pinalti. Dan dalam sepersekian detik kemudian, mereka akan segera mengalirkan bola melebar ke sisi lapangan atau langsung menuju jantung pertahanan lawan.

Tentu dengan berubahnya cara bermain para gelandang bertahan ini membuat sebuah pertandingan berjalan semakin menarik. Duel-duel teknik tinggi akan tersaji di atas lapangan. Mata kita yang menonton akan di manjakan dengan cara para gelandang modern merebut bola tanpa sliding tackle. Para bek yang berada di belakang gelandang bertahan juga pasti akan terbantu dengan adanya para gelandang bertahan yang piawai dalam menjaga keseimbangan lini tengah. Penyerang memang punya peran penting untuk bisa mencetak gol ke gawang lawan, tapi sebanyak apapun gol yang di cetak sebuah tim tidaklah berarti jika tim tersebut juga kemasukan banyak gol. Dan para gelandang bertahan yang tangguh dan elegan adalah aspek penting dari sebuah tim agar tidak kemasukan banyak gol akibat buruknya koordinasi di lini tengah.

Jumat, 03 Februari 2012

Wasit Juga Manusia


Jumat 3 Februari 2012 sore yang cerah di Stadion Mandala Krida Jogjakarta. Tampak tribun cukup di padati penonton dengan atribut yang beragam. Bukan PSIM, bukan Persiba Bantul, bukan PSS Sleman atau tim lokal dari daerah Jogja lain nya yang akan bertanding sore itu. Akan tergelar pertandingan lanjutan dari kompetisi Liga Super Indonesia antara tim ibukota Persija melawan tim dari kawasan timur yaitu Persiwa Wamena. Partai ini seharusnya menjadi partai home bagi Persija di Jakarta. Namun karena adanya renovasi di markas mereka yaitu Stadion Utama Gelora Bung Karno, maka partai ini pun di gelar di kota Jogja. Jakmania yang merupakan kelompok suporter Persija seperti biasanya melakukan mobilisasi massa demi mendukung tim kesayangan nya. Jarak yang lebih dari 500 km sama sekali tak menjadi penghalang untuk Jakmania datang dan mendukung Persija. Tim lawan yaitu Persiwa Wamena pun di dukung oleh suporter nya yang datang langsung ke Std. Mandala Krida.

Pertandingan berjalan menarik sejak awal karena kedua tim bermain cukup terbuka sehingga tercipta beberapa peluang yang sayangnya belum mampu di konversikan menjadi gol oleh pemain dari kedua tim. Babak pertama pun berakhir dengan skor kacamata 0-0. Selepas turun minum, Persiwa mampu mencuri gol dari Persija melalui Yesayas Desnam memanfaatkan  kemelut di mulut gawang Persija yang bermula melalui sepak pojok. 0-1 Persiwa unggul. Persija yang tertinggal lalu berusaha mencari gol untuk menyamakan kedudukan. Sebuah insiden terjadi di sekitar menit ke 75 ketika wasit Setiyono menghadiahkan penalty bagi Persija setelah pemain belakang Persiwa di nilai handball. Keputusan ini memicu protes keras dari kubu Persiwa yang mengganggap keputusan wasit sangat merugikan. Ketidakpuasan atas kepemimpinan wasit juga di luapkan para suporter Persiwa yang bahkan sampai masuk ke dalam lapangan dan berusaha memburu wasit Setiyono.  Situasi yang sama sekali tidak kondusif itu memaksa pertandingan harus di hentikan dan para pemain di amankan di ruang ganti. Kubu Persiwa termasuk para suporter nya menginginkan pertandingan di lanjutkan dengan syarat wasit Setiyono diganti.

Saya tidak ingin mengomentari keputusan wasit Setiyono.  Saya lebih tertarik mencermati reaksi kubu Persiwa dan para suporter nya yang terbilang jauh dari sportifitas. Mereka mungkin boleh tidak puas dengan kinerja wasit, tapi memprotes secara berlebihan bahkan sampai penonton turun ke lapangan jelas suatu tindakan yang sama sekali tidak dapat di benarkan. Bagaimana pun juga wasit adalah sosok netral terdekat dengan kejadian apapun yang terjadi di lapangan. Segala keputusan wasit adalah keputusan yang mutlak dan suka atau tidak harus di terima oleh kedua belah pihak yang bertanding. Kita sebagai penonton memang bisa menilai keputusan wasit adil atau tidaknya karena adanya tayangan ulang atau atas dasar emosi semata. Sedangkan wasit di lapangan yang terus bergerak sama sekali tidak mempunyai cukup waktu untuk melihat tayangan ulang. Wasit di lapangan mengambil keputusan berdasarkan apa yang di lihat dan di yakini nya. Di tengah ketatnya suatu pertandingan wasit masih di tuntut untuk bisa memutuskan suatu kejadian yang berlangsung sangat cepat dan itu bukanlah tugas yang mudah. Para pendukung Persiwa seolah lupa bahwa sebelum pertandingan di mulai ada bendera fair play yang terlebih dahulu masuk ke dalam lapangan yang menandakan bahwa kedua tim yang keluar selanjutnya dan akan bertanding harus tunduk pada dasar-dasar sportifitas. Kedewasaan suporter sangat di butuhkan agar suatu pertandingan bisa berjalan dengan baik. Apapun keputusan wasit baik itu menguntungkan ataupun merugikan harus bisa di terima dengan lapang dada karena bagaimanapun wasit hanyalah seorang manusia biasa yang tak luput dari salah. Dan tuntutan dari para pendukung Persiwa agar wasit Setiyono diganti adalah sebuah permintaan konyol yang sama sekali tidak sesuai dengan aturan yang ada. Seorang wasit hanya bisa di ganti apabila mengalami cedera yang membuatnya tidak mampu memimpin pertandingan. Andres Frisk pernah di ganti oleh wasit cadangan ketika ia terkena lemparan koin penonton yang membuat kepalanya terluka di sebuah pertandingan Liga Champions beberapa tahun lalu. Dan sore itu di Std. Mandala Krida wasit utama Setiyono masih sangat sehat sehingga mustahil untuk di ganti dengan alasan apapun.

Mari kita cermati di belahan dunia lainnya yang juga memainkan sepakbola dengan aturan dan wasit yang juga manusia biasa. 2010 lalu di salah satu partai Piala Dunia di Afrika Selatan antara Jerman vs Inggris terjadi sebuah kontroversi dimana kala itu tendangan Frank Lampard yang mengenai mistar gawang memantul dan jatuh  ke tanah tepat di belakang garis gawang yang berarti gol. Tapi wasit utama waktu itu yaitu Jorge Larrionda asal Uruguay bergeming dan tidak mengesahkan gol tersebut. Apakah para hooligan yang kala itu datang langsung ke stadion masuk ke lapangan dan memburu Larrionda??? Tidak. Hooligan yang tepat berada di belakang gawang dari Jerman pasti melihat jelas kejadian tersebut. Saat itu pasti hooligan yang ada di dalam stadion merasa kecewa,kesal dan sangat di rugikan dengan keputusan Larrionda. Tapi mereka tetap mampu berfikir secara dewasa bahwa wasit pun tak selalu mengambil keputusan dengan tepat karena setiap kejadian yang berlangsung di atas lapangan begitu cepat. Hooligan tidak serta merta turun ke dalam lapangan dan meminta Larrionda di ganti. Hooligan yang selama ini terkenal karena kebrutalan nya ternyata mampu meredam emosi karena mereka percaya kepada pengadil di lapangan. Toh apabila wasit memang melakukan kesalahan yang fatal, tentu ada penyelidikan dan apabila terbukti melakukan kesalahan sang wasit akan di jatuhi hukuman sesuai kesalahan nya.

Ketidakpuasaan akan kinerja wasit pasti terjadi di semua pertandingan atau kompetisi sepakbola dunia. Namun, keputusan kontroversial dari seorang wasit justru menjadi pelengkap dan pemanis dari olahraga ini. Sepakbola jauh lebih enak di saksikan jika di setiap menit jalan nya laga menyimpan hal-hal misterius penuh intrik yang kadang menguntungkan atau malah merugikan bagi tim yang bertanding. Sekarang, tinggal bagaimana kita sebagai penonton bisa menahan diri, berfikir dewasa dan tidak mengikuti emosi semata karena sepakbola bukanlah sebuah kisah telenovela yang mudah di tebak alur ceritanya.  Dalam menanggapi keputusan seorang wasit apapun itu, kita harus sadar bahwa kita tidak berada di atas lapangan. Kita mungkin bisa menilai suatu kejadian yang terjadi di atas lapangan, tapi hal itu pun membutuhkan tayangan ulang yang sudah di perlambat sementara yang terjadi di atas lapangan dan di hadapan wasit adalah sebuah kejadian cepat yang memaksa sang wasit mengambil keputusan yang terkadang di anggap menguntungkan atau malah di anggap merugikan. Mark Clattenberg wasit Premier League pernah berujar, “ ketika saya datang ke stadion sebagai seorang penonton, saya pun terkadang mengumpat dan tidak menerima keputusan wasit yang bertugas. Tetapi jika anda berada di atas lapangan sebagai seorang wasit, anda akan merasakan sulitnya menjadi adil ketika seisi stadion mengumpat anda.”

Semoga kejadian di Mandala Krida bisa menjadi pelajaran untuk semua elemen suporter di Indonesia agar ke depan nya tidak ada insiden memprotes wasit hingga turun ke lapangan. Rasa tidak puas, kecewa atau merasa di rugikan atas keputusan wasit adalah hal yang sangat wajar, tapi masuk ke lapangan hingga menghentikan pertandingan bukanlah cara benar. Biarlah wasit menjalankan tugasnya sebagai seorang pengadil di atas lapangan, dan kita sebagai suporter  mendukung tim yang kita cinta dari pinggir lapangan dan dengan cara yang elegan.



Rabu, 01 Februari 2012

Terima Kasih Tuhan


Suatu malam, ketika kesunyian menguasai dan hanya detak jam yang terdengar, aku memasuki sebuah dimensi lain yang ku ketahui sebagai dimensi mimpi. Aku terbawa hembusan angin damai yang melontarkan ku ke sebuah hamparan taman hijau dengan suasana asri dan penuh ketenangan yang agaknya mustahil masih terdapat di dunia ini. Semua rasa keheranan ku pecah seketika saat sebuah suara menyapa ku, “ Selamat datang di surga hai manusia, jika di dunia kau mengenal kata malaikat, aku lah perwujudan dari malaikat itu.”

Aku di ajak malaikat itu berkeliling di tempat yang menurutku lebih dari sekedar mewah. Aku pun jadi mengerti kenapa di dunia manusia beribadah sampai jungkir balik demi bisa masuk dan tinggal selamanya di surga.  Malaikat itu sangat ramah dan tergolong komunikatif ketika mengajakku berkeliling. Lalu kami pun akhirnya sampai di sebuah ruang kerja yang penuh dengan para malaikat lain nya. Malaikat yang sejak tadi menemaniku berhenti di depan ruang kerja itu dan berkata, “ Ini adalah Ruang Seksi Penerimaan. Di sini semua permintaan manusia yang di tujukkan kepada Tuhan di terima.” Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku tahu bahwa ruang kerja ini sangat sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permintaan dan permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.

Kemudian aku dan malaikatku berjalan lagi melalui suatu koridor bercahaya yang cukup panjang. Lalu, sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikatku berkata “Ini adalah Ruang Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di ruang ini, kemuliaan dan rahmat yang di minta manusia di proses dan di kirim ke manusia-manusia yang masih hidup dan memintanya.” Dan aku pun memperhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja ini. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang di minta dan sedang di paketkan untuk di kirim ke bumi.

Kami melanjutkan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor bercahaya dan panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang lebih mengejutkan ku, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana,malaikat itu pun sama sekali tidak melakukan apapun.

“ Ini adalah Ruang Seksi Pernyataan Terima Kasih.” Kata malaikatku pelan. Dia tampak malu.
“ Bagaimana ini…??? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan di sini..???” tanyaku.
“ Menyedihkan…!!!” malaikatku menghela nafas. “Setelah manusia menerima rahmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih.”
“ Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas rahmat Tuhan..???” tanyaku.
“ Sederhana sekali…!!!” jawab malaikat. “ Cukup berkata, Terima Kasih Tuhan.”

Ucapan dari baris terakhir malaikatku itu seperti menjadi pelontar tubuhku yang lantas mengirimkan aku kembali ke dunia. Kunjungan alam mimpi ku ke surga telah berakhir dan ketika itu pula jiwa ku kembali menyatu dengan raga yang terlelap. Tanpa komando atau pun aba-aba aku terjaga, penuh keringat dan nafas sedikit tersengal. Dan tak perlu menunggu menit berikutnya, aku lantas berucap, “ Terima Kasih Tuhan…”