Jika anda seorang penggemar sepakbola
khususnya sepakbola Indonesia ,anda pasti tahu ada sebuah klub yang berbasis di
ibukota yang bernama Persija Jakarta. Klub yang selalu di labeli tim besar
karena memang hampir di semua negara di dunia, klub sepakbola yang berbasis di
ibukota pasti mendapat perhatian yang lebih dari klub-klub lain nya. Spanyol
dengan Real Madrid nya, Argentina dengan Boca Juniors nya, Italia dengan AS
Roma nya dan di Indonesia ada Persija Jakarta. Dan jika kita membicarakan
tentang Persija, suka atau tidak kita pasti akan serta merta juga membahas satu
kata, Jakmania. Ya, suatu organisasi yang seluruh anggotanya adalah supporter
fanatik dari Persija. Suatu organisasi yang identik dengan warna oranye yang juga
sama dengan warna kostum Persija ini bisa di bilang adalah salah satu
organisasi dengan jumlah massa yang terbilang besar di Indonesia. Organisasi
suporter yang terkenal dengan kalimat “ Persija ampe mati “ ini bisa di temui
hampir di semua penjuru kota Jakarta dan sekitarnya.
Jakmania di dirikan pada tanggal 19
Desember 1997 ketika kala itu kompetisi sepakbola di Indonesia masih bernama
Ligina. Di dirikan dan bermarkas di Stadion Menteng yang kini hanya menjadi
kenangan. Sejak awal kemunculan nya dengan lambang jempol dan telunjuk di
blantika sepakbola Indonesia, Jakmania telah berkembang pesat secara jumlah
anggota meski di awal berdirinya memang terlihat agak sulit bagi Jakmania
menjaring para anggota yang cinta Persija. Kini di usia nya yang memasuki umur
15 tahun, Jakmania benar-benar telah menjadi organisasi suporter dengan basis
anggota terbilang banyak dan hampir tersebar di seluruh Pulau Jawa bahkan
Sumatera. Anggota resmi Jakmania tercatat mencapai 15.000 lebih itupun belum
termasuk para simpatisan yang sebenarnya juga loyal dan total dalam mendukung
Persija. Tak perlu melakukan survey ke lapangan untuk mengetahui seberapa
banyak jumlah Jakmania, anda cukup berkeliling di sekitar kawasan Senayan saat
Persija berlaga di Jakarta, maka anda bisa temui dan merasakan atmosfir dari
rasa cinta Jakmania untuk Persija. Persija dengan Jakmania nya adalah dua
elemen yang tak bisa di pisahkan. Di mana ada Persija, saya bisa pastikan bahwa
anda akan mendapati Jakmania ada dan mendukung Persija.
Tapi keberadaan Jakmania di
tengah-tengah masyarakat Jakarta yang heterogen menjadi seperti dua sisi mata
uang yang berlawanan. Jakmania bagi sebagian orang di cap sebagai kelompok
suporter yang brutal,liar dan suka mengganggu ketertiban umum. Stigma sebagian
masyarakat terhadap Jakmania begitu buruk. Tak jarang muncul penolakan atau
cemoohan yang di tujukan kepada Jakmania. Ada sebagian orang yang bahkan
menjuluki Jakmania tak ubahnya kelompok Pom-Pom Boys atau cheerleader yang
beranggotakan pria melihat seringnya anggota Jakmania naik di atap kendaraan
lalu bernyanyi dan menari meski itu sebenarnya adalah bentuk lain dari dukungan
untuk Persija. Jakmania di anggap sebagai biang kemacetan karena memenuhi
jalan-jalan raya di Jakarta ketika akan berangkat ke stadion maupun ketika
pulang dari stadion. Dan seperti kelompok suporter fanatik lain nya di dunia,
Jakmania juga seringkali terlibat perkelahian entah itu dengan kelompok
suporter lain atau bahkan dengan aparat kepolisian. Berkelahi apapun alasan nya
memang tidak dapat di benarkan, tapi jika di cermati lagi, anggota Jakmania
yang terlibat perkelahian pun manusia biasa yang tentu memiliki sifat emosi
yang bisa tersulut bila merasa di terganggu dan di lecehkan. Beberapa orang
yang mengaku Jakmania pernah tertangkap tangan membawa senjata tajam,minuman
keras dan bahkan narkoba ketika akan menyaksikan Persija berlaga. Hal itu tak
bisa di pungkiri ada dan benar adanya tapi bukan berarti semua anggota Jakmania
seperti itu. Mereka yang seperti itu adalah bagian kecil dari banyaknya
anggota Jakmania lainnya yang memang
gila sepakbola dan cinta Persija dan tak akan melakukan hal-hal negatif yang
dapat mencoreng nama Jakmania serta Persija.
Di sisi lain,keberadaan Jakmania
justru menjadi warna tersendiri di kota Jakarta. Keberadaan Jakmania dengan
fanatisme luar biasanya mampu menggairahkan persepakbolaan di Indonesia. Banyak
orang yang tadinya acuh terhadap sepakbola Indonesia malah menjadi tertarik dan
menggilai nya karena melihat bagaimana rasa cinta yang di tunjukkan para Jakmania
kepada Persija. Setiap kali Persija berlaga di Jakarta, kota ini menjadi lebih
berwarna karena kehadiran Jakmania yang datang langsung ke stadion dengan
berbagai macam atribut. Para pedagang asongan di sekitar Senayan pun ikut
merasakan dampak positif dari kehadiran Jakmania di setiap pertandingan
Persija. Fanatisme para Jakmania terhadap Persija terbilang luar biasa karena
Jakmania pun turut serta hadir pada pertandingan Persija di luar Jakarta bahkan
di luar Pulau Jawa. Hal itu menjadi sangat spesial mengingat Indonesia adalah
negara kepulauan yang otomatis
membutuhkan tenaga,waktu dan biaya bagi para Jakmania jika harus bepergian ke
luar Jakarta demi mendukung Persija. Semua hal itu terbungkus menjadi satu kata
bernama loyalitas. Loyalitas tanpa batas.
Saya sendiri adalah seorang Jakmania.
Tentu saya tidak termasuk dalam kategori Jakmania liar atau yang berkonotasi
negatif. Saya melabeli diri saya Jakmania karena saya memang gila sepakbola dan
cinta Persija. Saya selalu merasakan sesuatu yang berbeda ketika terbangun di
hari di mana Persija akan berlaga di Jakarta. Semangat. Datang langsung dan mendukung Persija sudah
menjadi semacam ritual yang harus saya jalankan tak peduli apapun hari dan
kondisinya. Mengenakan atribut Jakmania dan Persija jauh membuat saya lebih
percaya diri ketimbang saya mengenakan pakaian lain nya. Masuk ke stadion,
duduk dan bernyanyi bersama, merasakan kemenangan atau kekalahan bersama
melahirkan sebuah kepuasan yang tak ternilai. Seorang teman pernah berujar, “
ngapain si panas-panas malah kadang hujan lagi capek-capek ke stadion klo di TV
juga ada, ngeluarin duit pula…!!! “. Saya hanya tersenyum kecil setiap cibiran
seperti itu di tujukkan kepada saya. Sebuah kalimat singkat namun penuh makna
selalu saya ucapkan kepada mereka yang mencibir kecintaan saya terhadap Persija.
Sebuah kalimat yang berbunyi, “ Fanatisme itu gak rasional.” Saya dan semua
Jakmania lain nya di seluruh penjuru Nusantara pasti tahu dan mengerti seperti apa fanatisme itu
bergelora di dalam jiwa dan tertuju hanya untuk Persija Jakarta.
Salam Jempol Telunjuk. Forza
Jakmania. Bravo Persija.